Minggu, 17 Februari 2013

Sarapan kopi

Dalam perjalanan kembali ke rantau saya menulis ini. Teringat perbincangan dengan ibu tadi pagi. Sembari menyiapkan sarapan, beliau bertanya, "mulai kapan minum kopi..?". Mungkin terlihat janggal bagi beliau melihat anaknya sedang menyiapkan secangkir kopi susu.

Memang, saya bukanlah seorang penikmat kopi. Sekedar peminum saja, mungkin itu yang lebih tepat. Kopi di pagi hari memang hal baru buat saya, jadi pantas saja kalo ibu heran. Puluhan tahun kami hidup bersama mungkin baru kali ini beliau melihat ada yang berbeda dari kebiasaan anaknya.

Belum lama saya mengenal kopi. Beberapa bulan terakhir ini saja saya mulai tertarik untuk mencoba minuman pahit beraroma khas ini. Sebelumnya, jangan tanya, meskipun dapat jatah kopi tiap bulan dari kantor gak pernah saya mengkonsumsinya. Kalo gak saya kasih ke temen ya saya kumpulin untuk dibagi ke tetangga.

Adalah si Putri Kopi yang meracuni saya untuk memberi kesempatan bagi kopi masuk ke dalam hidup saya. Iya, putri kopi, begitu dia menyebut dirinya. Layaknya putri kerajaan, dia punya level yang sama, berdarah biru, hanya saja dia ini berdarah kopi. Dia begitu mengerti tentang per-kopi-an, mulai dari jenis jenisnya, seluk beluk tentang kopi, dan bagaimana menikmati kopi. Benar benar seorang penikmat kopi sejati.

Tahu kalo saya masih pemula, putri kopi memberikan resep racikan kopi yang lebih ringan. Step by step dia memberikan instruksi bagaimana cara membuat dan menyajikannya. Dan ketika saya eksekusi, hasilnya sungguh luar biasa. Mantaaaab. Susunya pas dan sensasi kopinya tetep nendang.

Kopi di pagi hari semacam minum obat pencahar bagi saya. Beberapa menit setelah meminumnya langsung bereaksi. Diawali dengan mules mules dan berakhir di kamar kecil. Heheheee.. Lega, dampak positifnya ya sistem pencernaan dan pembuangan lancar. Kopi sudah, "buang sampah" juga sudah, waktunya tubuh diberi asupan gizi dan energi.

Sekian posting dari saya. Thanks to Putri Kopi for the inspiration.

Perjalanan back to neverland masih panjang, sepertinya saya putuskan untuk tidur saja.

1 komentar: