Rabu, 28 November 2012

If Everything Has Been Written Down So Why Worry..

Ya, itu adalah salah satu quote yang saya suka. Quote yang saya ambil dari salah satu karya Dewi Lestari dalam novel berjudul Rectoverso. Apabila diterjemahkan, arti dari quote itu kurang lebih seperti ini, jika segala sesuatunya telah dituliskan, lalu mengapa kita mesti khawatir.

Apa sih yang dikhawatirkan..? itu pertanyaannya. Ada yang khawatir tentang rejekinya, ada yang khawatair tentang jodohnya. Yang terakhir ini jadi pengalaman menarik buat saya, jodoh. Di usia yang 2 tahun lagi akan beranjak jadi kepala tiga, wajar kiranya kalau dari orang tua, keluarga dan orang orang terdekat memberikan semacam "pertanyaan wajib" ketika berjumpa dengan saya. Kapan menikah..? Kapan ini mau mengakhiri masa lajang..? dan pertanyaan sejenis makin akrab di telinga.

Usia yang tak lagi remaja, pekerjaan sudah ada, lalu apa lagi yang jadi alasan untuk saya belum juga menikah. Dulu, sempat ada semacam khawatir, dan menjurus ke iri ketika melihat teman yang seusia satu demi satu sudah memulai hidup barunya bersama keluarga kecilnya. Namun saya sadar, kekhawatiran itu tidak akan merubah apapun, bahkan akan hanya memperburuk keadaan.

"if everything has been written down so why worry.."

Kesadaran bahwa segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah, telah tertulis, telah ditetapkan dari sebelum alam semesta ini ada. Semua telah ditetapkan untuk masing masing hamba-Nya sesuai dengan takarannya, terkait rezeki, jodoh, dan maut. Kita sebagai muslim harus percaya itu. Jika sudah percaya kalau jodoh, rezeki, dan maut itu ada di tangan Allah, maka tugas kita ya menjemputnya. Berusaha mengambilnya, agar rezeki dan jodoh itu berpindah daru tangan Allah kepada kita.

Bentuk usahanya juga macam macam, dalam hal rezeki misalnya, upaya menjemput rezeki Allah bisa dengan bekerja, ada yang berdagang, ada yang berwira usaha, ada yang mengajar, intinya berikhtiar di jalan yang Allah ridho. Dalam urusan jodoh, saya memang tidak lagi ingin mendapatkan pasangan hidup saya kelak melalui proses pacaran.

Kenapa hingga sekarang masih belum juga saya menikah, ini menjadi bahan introspeksi buat saya. Bukan keinginan untuk menikah itu tidak ada, tapi memang belum dengan sepenuh hati saya memikirkannya. Menikah bukan sekedar pemenuhan kebutuhan biologis kita sebagai manusia. Tapi lebih dari itu dan banyak yang belum saya pahami tentang hakikat, serta ilmu tentang menikah. Bagi saya upaya untuk menjemput jodoh yang bisa saya lakukan sekarang ini adalah memurnikan niat menikah, mempersiapkan diri, baik dari segi ilmu, mental, dan materi. Intinya memantaskan diri saya untuk Allah memberikan jodoh yang telah Dia siapkan untuk saya.

Saya percaya ini adalah jalan yang Allah ridhoi. Terus memperbaiki diri, terus memantaskan diri, insyAllah kelak jika memang sudah pantas, tak perlu kita meminta tapi Allah yang akan memberi.

Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar