Minggu, 29 September 2013

Jelajah Kuliner Malang : Ayam Bakar W*ng S*lo

Ok guys, kali ini saya mau share tentang pengalaman olah rasa kuliner yang ada di seputaran kota Malang. Kebetulan lagi pulang kampung ini ceritanya, pas weekend pula, tepat rasanya untuk quality time bersama keluarga. Saya bersama istri punya satu pemahaman, bahwa "eating solve everything".. hehehe.. dari segitu banyaknya perbedaan memang sejauh ini dalam hal makanan kita bisa akur.

Dan memang juga lagi gak masak, jadi setelah dhuhur kami cuus untuk berburu santap makan siang. Pilihan kami jatuh pada rumah makan yang sudah punya nama, bahkan untuk skala nasional saya kira 7 dari 10 orang pasti pernah mendengar tentang rumah makan ini. Sebut saja namanya warung Ayam Bakar Wong Solo (bukan nama sebenarnya), lokasinya juga dekat dari ruma, kurleb 5 menitan berkendara motor. Seumur umur tinggal di Malang baru kali ini saya makan menu andalan ayam bakar langsung di tempatnya.

Baru nyampe parkiran udah nampak rame dan penuh ini warung. Pengaturan letak meja sepertinya terlalu dipaksakan untuk menampung banyak meja, sehingga nilai estetika dan kenyamanannya kurang.  Tidak ada waitres yang bertugas mnyambut dan mengarahkan costumer ke meja atau tempat yang nyaman. Melewati celah sempit di antara bangku dan meja tamu yang lain akhirnya kami menemukan satu meja kosong di pojok.

Lagi, bertambah lagi keheranan kami akan pelayanan di warung ini, di mana meja dan tempat duduk kami belum dibersihkan dari sisa pengunjung yang terlebih dahulu menempati meja ini. Juga tak ada pegawai yang inisiatif mendatangi pengunjung yang sudah mendapatkan tempat untuk menayakan pesanan. Tak berselang lama ada salah seorang pegawai wanita yang lewat dan akan membersihkan sisa makanan tadi, istri saya pun meminta menu pada pegawai tadi agar bisa segera memesan, "Mbak, bisa minta menunya..?". Entah sedang ada masalah atau apa, bahkan senyum pun tak ada dari pegawai itu. Hanya berlalu bersama barang barang yang baru saja ia bereskan.

Sambil menunggu kami mengamati keadaan dalam warung dengan menu utama ayam bakar ini. Kok sepertinya ini warung kekurangan staf. kami lihat kadan kasir juga ikutan bantu staf di dapur untuk cek makanan, terkadang waiters juga bertuka posisi denga kasir, terkadang juga kami lihat merangkap tugas bagian bersih bersih. Dalam benak saya, kok seperti amburadul gini ya, ada pembiasan job desk yang disebabkan (mungkin) kekurangan tenaga, sehingga mereka dalam istilah jawa-nya "nyambi", dan tidak fokus akan tugas utamanya.

Udah mulai ada bibit bad mood ini, karena list menu yang kami minta belum juga datang. Saya sempat melambaikan tangan pada salah seorang pegawai, tapi kok ya dicuekin aja. Haduuuh.. makin gemes deh. 10 menit dari sejak kami datang, baru ada tanggapan dari mereka, sambil bawa menu dan list pesanan dia bertanya, "Sudah pesen mbak..?", langsung aku jawab"Gimana bisa pesen mbak, daftar menunya saja gak ada..?". Tidak ada jawaban, dan mbak pegawainya itu juga langsung berlalu untuk mebereskan meja yang lain. Haloooo.. sungguh tak ada keramah tamahannya, hingga dafta pesanan kita isi sndiri, dianter sendiri sama istri saya ke meja kasir. Makin gondok deh jadinya.

Siang itu emang situasi warung lagi rame sih, namun tidak lantas mengurangi pelayanan terhadap custumer kan. "Ayo yang sabar, sambil nunggu gmna kalo main game..", di adem ademin sama istri.. Mayan lah dikit memperbaiki mood, hehehee.. Ya sudah akhirnya kami main game di ponsel sambil nunggu pesanan kami datang. Total setengah jam daris ejak kedatangan kami hingga menu pesanan kami datang. Ayam bakar, ayam penyet, dan sambel lotek-nya emang manteb, seneng banget istri saya dengan sambelnya, serius.. kalo nasi uduk dan cumi goreng tepung nya sih saya kira standar aja. Es teh manis yang kami pesan juga terasa begitu seger siang itu. Untuk harga, menu yang kami pesan harganya ada di range 6000-30.000 rupiah, sebanding lah menurut saya dengan rasanya. Nah, selagi makan kami dapati juga pengunjung yang sepertinya mengalami kejadian serupa dengan apa yang menimpa kami beberapa menit lampau.

Selesai dengan urusan perut, saatnya kami menunaikan kewajiban kami, bayaaaaarr.. ke kasir ya, seperti yang saya katakan di depan tadi, kasirnya suka berubah berubah kan. Giliran istri saya mau bayar, mbaknya gak bisa nemuin list pesanan dari meja tempat kami makan tadi. Ckckck.. dengan polosnya mbak kasir itu nanya, "List pesenannya tadi g ketemu mbak, tadi pesen apa aja ya..?". Gak ada senyum, gak ada bilang maaf, eh malah main tebak tebakan sama pengunjung. Kita kesini buat makan mbak, bukan buat hafalan. Ya untung aja istri saya masih inget apa aja yang kami pesen tadi. Keamburadulan ini jadi menciptakan celah bagi orang orang yang mau berbuat curang, bisa jadi dengan kasus yang sama nanti ada pengunjung yang memanipulasi daftar pesanannya, yang tadinya banyak terus dibikin sedikit. Gelenng geleng dah saya sambil ngeloyor mrnuju tempat parkir.

Kesan yang baik tidak hanya diciptakan dari citarasa hidangan yang kalian hidangkan, tapi juga dari keramah tamahan yang kalian persembahkan dalam pelayanan pada costumer. Kesan pertama yang tidak begitu baik ini membuat saya berpikir ulang untuk kembali jelajah kuliner di tempat ini. Mending pilih yang lain lah kalo saya. 


Sabtu, 18 Mei 2013

virtual insanity

What kind of insanity is it..? ya, terus bertanya tanya tentang kegilaan macam apa yang menjangkit dalam diri ini. Mungkin masih bisa disebut normal, menunggu waktu berlalu, mengenyampingkan penat, menanti menit demi menit hanya untuk memastikan ucapan "selamat ulang tahun" itu tak terlewat. Namun apakah ini wajar, jika sekalipun belum pernah saya bertemu dengannya di dunia nyata. Terserah kalo ada yang bilang sok kenal, gak normal, gila, atau apalah, the fact is we're still connected, and we enjoy our silly times. 

Met ulang tahun ya my dear Bob, stay hungry, stay foolish, and keep this silliness rule our world. The virtual world that we're created, a warm and comfort place for us glowing together. I don't wanna be your friend, i chose to be your best, and truly friend. Happy birthday, i'm happy for you bob, semoga Allah segera mempertemukanmu dengan pasangan hidup terbaik pilihan-Nya.

Selamat Ulang Tahun 
 By dee

Ribuan detik kuhabisi
Jalanan lengang kutentang
Oh, gelapnya, tiada yang buka
Adakah dunia mengerti?

Miliaran panah jarak kita
Tak jua tumbuh sayapku
Satu-satunya cara yang ada
Gelombang tuk ku bicara
Tahanlah, wahai Waktu
Ada “Selamat ulang tahun”
Yang harus tiba tepat waktunya
Untuk dia yang terjaga menantiku

Tengah malamnya lewat sudah
Tiada kejutan tersisa
Aku terlunta, tanpa sarana
Saluran tuk ku bicara

Jangan berjalan, Waktu
Ada “Selamat ulang tahun”
Yang harus tiba tepat waktunya
Semoga dia masih ada menantiku
Mundurlah, wahai Waktu
Ada “Selamat ulang tahun”
Yang tertahan tuk kuucapkan
Yang harusnya tiba tepat waktunya
Dan rasa cinta yang s’lalu membara
Untuk dia yang terjaga
Menantiku
 
 

Sabtu, 11 Mei 2013

Untitled

Sepertinya saya telah kehilangan seorang sahabat. Terasa berbeda, ada yang berubah. Dulu, bersama kita tertawa, menangis, merenung, bercanda, sendau gurau, hingga galau. Ya, memang beda, entah apa saya juga belum paham, apa yang dirasakan hati memang kerap susah untuk didefinisikan dalam kata kata.
Saya pernah merasakan betapa mudahnya untuk mengakses yang namanya sahabat ini, kapanpun, dimanapun, dan bagaimanapun kondisinya. Selalu ada dan siap siaga, gak ada itu kata kesepian dalam kamus saya. Mau ni badan lagi capek, atau pikiran lagi penat, bawaannya jadi ceria aja ketika sudah melewati gerbang gila bersamanya. Mau ngomongin politik, musik, hiburan, makanan, buku, ilmu, hingga obrolan absurd pun, selalu saja tertuju pada satu muara, gila.
Kini ketika saya akan mengaksesnya, seakan ada dinding yang menghalanginya. Mungkin saya sudah tidak memiliki akses masuk lagi, atau sistem nya telah dikonfigurasi ulang tanpa melibatkan saya. Apapun itu, yang saya rasakan adalah kehilangan, itu saja.
Stop..!! Kehilangan..? Pikiran saya berbalik mengajukan pertanyaan. Apakah anda benar benar telah memilikinya sebagai sahabat..? Apakah anda yakin..? Atau jangan jangan anda hanya sok merasa memiliki seorang sahabat saja, sedang kenyataan tidak seindah taman virtual yang pikiran anda bangun.
Mungkin semua memang telah berubah, termasuk saya. Hmmm.. Bagaimana mungkin kita bisa kehilangan sesuatu yang tidak pernah kita miliki. Ah sudahlah..

Jumat, 29 Maret 2013

Di Balik Madre

"Delapan puluh persen karena Madre. Dua puluh persen karena saya ngefans sama kamu."

Kemarin, tanggal 28 Maret 2013 adalah pemutaran perdana Madre the movie. Sudah ada yang nonton belum..? Film ini diangkat dari salah satu cerita fiksi dalam novel kumpulan cerita dengan judul yang sama karya Dewi Dee Lestari. Bercerita tentang perjalanan hidup anak muda bernama Tansen yang mendadak berubah drastis dikarenakan sesuatu bernama Madre. Jujur ya, dibanding Rectoverso, karya Dee yang juga diangkat menjadi film beberapa waktu yang lalu, saya lebih tertarik untuk nonton Madre ini.

Novel ini sudah saya baca di semester kedua tahun 2012 silam. Ceritanya bagus, plotnya ringan, dan mudah dicerna pembaca novel newbie seperti saya. Adalah seorang teman, sebutlah namanya Vira (bukan nama sebenarnya), yang pertama kali menyuntikan virus Madre ini kepada saya. Saya ingat kala itu dengan "ditemani" Vira, saya sedang dalam usaha menyelesaikan tantangan pastry, yaitu membuat molen bandung. Dalam obrolannya, dia menyebutkan nama Tansen, dan kisah hidupnya dari anak pantai mendadak harus bercengkrama dengan dunia roti karena warisan keluarga bernama Madre. Sempat gak enak sih perasaan, karena diobrolan itu saya menangkap semacam komparasi antara saya dan tokoh Tansen. Saya bilang sama Vira, "i'm not Tansen and i have my own story..".

Selang beberapa minggu setelah itu, ketika pulang ke Malang saya sempatkan ke toko buku. Iseng menuju ke section novel dan saya lihat judul judulnya, eh ada Madre di salah satu sudut rak. Seketika kok saya jadi inget sama Vira. Setelah ambil fotonya dan kirim bbm ke dia, saya putuskan untuk membeli novel itu. Tak butuh waktu lama buat saya untuk menyelesaikan membaca novel itu, secara cerita Madre ini hanya 72 halaman. Dalam waktu yang singkat itu pula saya suka dengan ceritanya. Meski sedikit, tapi ada kesamaan antara saya dengan tokoh Tansen ini. Sama sama cowok yang berkutat dengan urusan bikin kue.. hehehee

Sedikit banyak cerita Madre ini menginspirasi saya, untuk lebih mencintai dunia baking. Bukan cuma sekedar hobi, tapi bagaimana agar bisa memperoleh hasil dari karya karya kita.

Nah, sejak membaca Madre, novel jadi salah satu bahan obrolan dengan Vira, selain musik, film, kue, dan galau. Begitu terdengar kabar kalo Madre mau diangkat ke layar lebar, hal itu juga tak luput jadi bahan obrolan kita. Saling tukar pendapat tentang bintang pemerannya, foto foto setting filmnya, tentang harapan agar filmnya bisa semenarik dengan sebagus novelnya, dan tentang gak sabarnya nunggu ini film premier. Pengaruh Vira ini gak berhenti di Madre ternyata, beberapa karya Dee yang lain juga dibuatnya saya penasaran untuk membacanya. Mulai dari Perahu Kertas, Rectoverso, hingga Filosofi Kopi. 

Enaaaaahh.. Kembali ke awal, kutipan di atas merupakan salah satu percakapan Mei dengan Tansen. alo ditarik ke belakang awal kenal sama Vira sampai bisa sahabatan dan jadi partner in glow seperti sekarang boleh jadi ya di momen Madre ini jadi titik baliknya. Dulu itu ya sekedar tahu aja, kebetulan punya temen yang sama, sama gilanya maksudnya. Terlalu vulgar mungkin kalo dibilang secret admirer, tapi sering juga stalker-in TL-nya hingga berujung dengan twit war. Semakin kesini semakin ngerti kalo sama sama "gila" mending saya ngaku saja biar naik level jadi official stalker. So, Bob, bisa jadi sahabatan sama kamu itu delapan puluh persen karena Madre, dan dua puluh persen karena saya ngefans sama kamu. Hehehee.. Best friend forever ya my Fairy Coffee.


Rabu, 27 Maret 2013

Feelings

"Feeling, mengapa hatiku feeling, tiada tertahaan.."

Tadi malem gak sengaja pas lagi pilih pilih chanel tv terus liat ada film Warkop DKI di salah satu tv nasional, dan saya putuskan nonton akhirnya. Ini film judulnya Atas Boleh Bawah Boleh (apaan coba maksudnya), film jadul era 80an. Seinget saya, pertama kali nonton film ini ketika saya masih di bangku SMP. Saya gak akan membahas tentang isi cerita dari film ini, tapi saya terkesan dengan salah satu adegannya.
Dalam adegan ini, salah satu personil Warkop yaitu Kasino lagi duduk santai di teras rumah sambil main gitar dan bernyanyi. Lagu yang dinyayikan sama Kasino ini yang membuat saya terkesan. Judulnya Feelings, pertama kali mendengar lagu ini pun juga dari film ini. dan diplesetin pula sama Kasino sampai jadi lagu dangdut. Kebetulan ada koneksi internet, saya coba cari di youtube untuk lihat versi aslinya. Cekidooot..


Waah.. Ternyata lagunya keren. Versi aslinya dinyanyiin sama  Morris Albert. Iramanya selow, syahdu, musiknya sederhana tapi pas, dan liriknya juga dalem. Tapi sayang, ini koq lagu galau ya.. hehehee..

Nah biar gak terlampau galau, tonton juga ya yang versi Kasino

Rabu, 20 Maret 2013

Dear Listener

"Don't give up
Everyone needs to be heard.."


Siapa tak kenal Josh Groban, penyanyi pop-classic dari Amerika yang melejit namanya lewat lagu You Raise Me Up di tahun 2001 silam. Lagu lagunya tak melulu tentang cinta yang lebay, tapi dibalik suaranya yang tinggi nan merdu dan balutan musik yang kental dengan nuansa klasik, banyak lagu lagunya yang menyuarakan tentang kemanusiaan, lirik liriknya dalam dan menyentuh, tentang semangat, dan perjuangan hidup.
Di atas adalah petikan lagu Josh Groban berjudul You Are Loved (Don't Give Up), sebuah lagu yang menurut saya memiliki makna yang bagus. Menangkap beberapa kejadian dan fenomena yang terjadi di sekitar saya, menggelitik hati saya untuk menulis tentang hal ini. Mengapa..? Karena dari kacamata saya, saya melihat ada semacam hubungan antara lagu ini dengan kejadian kejadian di sekitar saya.
Kita ambil saja sebait lirik dari lagu Josh Groban ini, "don't give up, everyone needs to be heard.." begitulah bunyinya. Kalau diartikan dalam bahasa Indonesia kurang lebih menjadi " Jangan menyerah, setiap orang butuh untuk didengar..". Setiap orang memiliki kebutuhan untuk didengar. adanya pendengar menandakan bahwa kita ini diakui keberadaannya. Manusia butuh eksis. Mungkin kita suka gak sadar akan kebutuhan ini. Entah dengan dilihat, didengar, atau dipercayai bahwa kita ada, itu adalah bukti pernyataan dari sekeliling kita bahwa kita ada.
Kembali ke lirik, setiap orang butuh untuk untuk didengar. Masalahnya bukan tentang ada atau tidaknya oarang yang mau mendengar kita. Tapi yang saya lihat adalah ada atau tidaknya orang dan atau golongan yang kita ingini untuk mendengar. Ambilah contoh kita ingin curhat, tentu gak ke sembarang orang kan kita mau mengungkapkan apa yang jadi curahan hati kita. Setiap kita pasti punya tempat special sebagai tempat curhat itu, entah orang tua, teman, sahabat, pacar, suami, istri, gebetan, selingkuhan. Dan setiap kita punya pilihan siapa diantara mereka yang kita percayai, yang kita nyaman untuk kita jadikan "tempat sampah". Ada faktor kepercayaan yang melandasinya sehingga kita gak asal milih orang.
Masalahnya timbul ketika orang yang kita percayai ini gak ada, entah sibuk, hape lagi gak aktif, lagi tidur, lagi keluar kota, kita merasa kehilangan. Ketika kita pingin curhat, pingin berbagi namun di saat yang sama mereka gak ada, kita merasa gak ada lagi yang mau mendengarkan. Akibatnya bisa macem macem, mulai dari gelisah, sebel, bad mood, emosian, sakit perut, pusing, sampai galau.
Kebutuhan akan didengar itu pula yang akhirnya muncul jasa konseling. Banyak timbul masalah yang akarnya adalah ketidak berdayaan seseorang untuk mengungkapkan apa yang menjadi uneg uneg dalam hatinya. Ketidak berdayaan ini bisa karena tidak ada tempat maupun kesempatan untuk bercerita, atau karena faktor dari dalam manusianya sendiri yang terlalu tertutup dengan orang lain. Apa jadinya kalo semua masalah kita pendam sendiri, bisa stres dan berujung sakit. Akibatnya ya kehidupan kita jadi berjalan gak normal.
Lah ini apa jadinya ngomongin lagu koq ujung ujungnya jadi semacam kutum gini. Hehehehe.. biar sajalah. Benang merah yang ingin saya angkat di sini adalah, kebutuhan akan didengar bukan hanya kebutuhan saya dan anda, tapi mereka yang kita pilih sebagai orang kepercayaan untuk mendengar juga memiliki hak yang sama. Sebagai mana manusia diciptakan, kita semua tak ada yang sempurna. Mensyukuri keberadaan manusia manusia pilihan yang Tuhan kirimkan kepada kita sebagai pendengar setia kita. Menerima mereka dengan segala apa yang ada dalam dirinya,  pun juga menyadari bahwa sebagai pendengar mereka juga punya hak untuk didengarkan juga.

Selasa, 19 Maret 2013

Oh Inikah Rasanya.. (2)

Tiap pasangan yang merencanakan untuk melangkah ke jenajng pernikahan pastilah senang ya. Senang karena sebentar lagi mereka yang biasanya sendiri nanti sudah ada yang menemani. Senang karena tiap kegiatan yang mereka lakukan nanti dinilai sebagai ibadah, baik bekerja, maupun menuntut ilmu asal diniatkan untuk keluarga, dinilai sebagai ibadah.
Menuju pernikahan tentulah ada persiapannya, sepertu apa yang sedang saya alami sekanrang ini. Mempersiapkan segalanya menuju hari H ternyata gampang gampang susah. Bingung dan kadang juga suka pusing dibuatnya. Pertama ya memang karena kita belum pernah ada pengalaman sebelumnya. Kedua ya karena situasi, kondisi , dan keadaan masing masing dari kita.
Pertama, tentang pengalaman, wajar kan ya kalo kami sebagai pasangan ini kadang suka bingung mesti lakuin persiapan aja jelang hari H. Kalo sudah menthok bingung dan pusingnya ya sudah, mending bertanya aja pada yang sudah berpengalaman. banyak sih referensinya, mulai dari baca buku, tanya sama ustadz, tanya sama bapak ibu, tanya ke mami (sebutan untuk camer), atau tanya ke tante dan oom.
Yang kedua, tentang situasi kondisi, selama ini kita ini hanya berteman, komunikasi juga seperlunya saja. Bukan itu saja, kita juga berjauhan dari sisi jarak, dia di Malang dan saya di Gilimanuk, Bali. Long Distance Relationship ini ceritanya. Gak cukup itu saja, saya dinas di Gilimanuk sebagai pegawai dengan segala kesibukannya, sedangkan dia adalah mahasiswi sebuah perguruan tinggi negeri di Malang, yang selain sibuk dengan tugas tugas perkuliahan juga aktif di unit kegiatan kemahasiswaan.
Seneng kan pastinya kalo udah mulai ngomongin persiapan hari H, berasa semangat gitu. tapi ya ada sebelnya juga, bisa berujung bad mood malahan. Gimana gak sebel, udah kita yang kerja ini nyempet nyempetin pulang ke Malang, pake acara cuti segala, eh gak taunya si calon ini malah super sibuk dengan tugas kampus. Trus mau gimana lagi kalo sudah kaya gitu. Jangankan mau action n prepare buat main event nya, buat sekedar ngobrol aja susahnya minta ampun. Oh ini mungkin rasanya punya calon istri yang masih kuliah..
Ya memang harus banyak mengalah dan toleran sih kalo kaya gini situasinya. Daripada dibawa sebel terus dan berujung bad mood, nanti malah ketika ada waktu yang luang jadi gak bisa maksimal preparenya karena mood yang gak kunjung membaik. Mungkin ini seninya, jadi musti pinter pinter jaga mood. Terus komunikasinya juga dijaga, mungkin gak bisa sering ketemu untuk ngobrol langsung, jadi komunikasi via sms dan telepon harus dijaga suasananya biar tetep bisa maksimal.
Memang agak ribet sih karena persiapannya seperti jalan sendiri sendiri. Tapi meskipun jalan sendiri, sebisa mungkin semua tetap berjalan atas dasar keputusan bersama. Cuma action nya aja yang belum memungkinkan kita untuk jalan bareng. Beda usia, beda tempat, beda kegiatan, beda kesibukan, beda selera, kalo gak dijembatani dengan komunikasi dan pengertian yang baik bisa runyam nanti persiapannya. Gak pernah mudah sih, dan memang butuh extra keras usahanya. "Gakpapa, biar nanti ada kesan dan ceritanya Mas.." begitu katanya. Yaah.. semoga semua persiapan berjalan lancar dan semua bisa membahagiakan. Aamiin. Semangaaaat !!